“ Barangsiapa yang berhijrah di jalan Allah, mereka akan mendapatkan di muka bumi ini tempat yang luas dan rezeki yang banyak “ ( QS.an Nisa : 100 )
Hijrah adalah suatu sunnatullah yang harus dilaksanakan oleh seseorang manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih bahagian baik di dunia maupun di akhirat. Itulah sebabnya maka hijrah adalah proses kehidupan yang harus dijalani oleh setiap insan. Hijrah bukan hanya dalam arti berpindah tempat, tetapi hijrah dalam arti merubah suatu keadaan kepada keadaan yang lebih baik. Hijrah berarti sebuah perubahan. Hijrah juga berarti sebuah proses untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidup menuju tingkatan yang tertingi.
Untuk menjalani hijrah tersebut, perlu ada contoh pelaksanaan. Oleh karena itu rasululah mengadakan hijrah dari kota Makkah ke kota Madinah, sebagai simbol dan pelajaran dalam berhijrah bagi seluruh umat manusia. Dalam hijrah tersebut Rasulullah saw memakai segala sesuatu yang diperlukan dalam proses hijrah seperti proses perencanaan, manajemen, strategi dan organisasi yang rapi. Dalam pelaksanaan hijrah tersebut Rasulullah saw juga mempergunakan seluruh komponen sumber daya alam dan sumber daya manusia, sehinga setiap komponen dan kelompok mempunyai andil dan akhirnya usaha tersebut dapat berhasil dengan sukses. Dalam hijrah , Rasulullah saw memperlihatkan bagaimana beliau menata kehidupan bermasyarakat dan bernegara, baik dalam bidang sosial budaya, ekonomi, politik dan pertahanan.
Agar umat manusia tidak melupakan peristiwa yang sangat penting dan sarat dengan hikmah tersebut, maka ditaqdirkan Tuhan agar peristiwa hijrah tersebut menjadi awal bagi penanggalan dan kalender hidup bagi setiap muslim. Sehingga dengan demikian, seorang muslim dapat mengadakan evaluasi diri, muhasabah dengan berpedoman dan melihat kepada sirah perjuangan rasul baik dalam periode Makkah maupun di dalam periode Madinah.
Dengan kalender hijriyah tersebut juga diharapkan agar manusia dapat menyusun program hijrah yang akan dilakukannya dalam setiap tahun, baik hijrah dalam visi, budaya, keluarga, lingkungan dan lain sebagainya. Dan untuk menghadapi tantangan dan budaya globalisasi , manusia muslim perlu menyusun ulang langkah-langkah hijrah untuk masa mendatang, sehingga dapat menjadikan masyarakat mendatang menjadi masyarakat teladan bagi kemanusiaan. Hijrah tersebut harus dilandasi dengan iman dan dilakukan dengan jihad. Hijrah tanpa iman tidak akan berarti sedangkan hijrah tanpa jihad tidak akan berhasil dengan baik. Oleh sebab itu, agar setiap muslim dapat mengadakan hijrah yang tepat, maka diperlukan muhasabah diri, evaluasi terhadap masa lalu, sehingga dapat menyusun kekuatan untuk masa mendatang dengan bercermin kepada sejarah dan sirah Rasulullah saw. Itulah sebabnya peristiwa hijrah merupakan momentum pergantian tahun, sehingga setiap tahun merupakan peningkatan kualitas hidup dengan mengambil pelajaran dan hikmah dari sejarah hijrah. Oleh sebab itu, sudah saatnya kita melakukan hijrah pada hari ini demi menyongsong abad kebangkitan Islam, di abad mendatang. Untuk itu masyarakat muslim sudah sepatutnya dapat menganalisa akan kekurangan di masa lalu sehingga dapat merubah diri dan berhijrah kepada keadaan yang lebih baik di masa mendatang.
Menurut Yusuf Qardhawi, dalam bukunya “ Dimana kerusakan umat Islam “ terdapat dua puluh langkah untuk menata kembali masyarakat Islam hari ini, dengan smembaca penyakit umat tersbeut baru kita dapat merubahnya untuk [eningkatan kualitas dimasa mendatang. Menurut Qardhawi, ada duapuluh penyakit umat yang harus ditinggalkan dan dirobah. Merubah sikap itu merupakan langkah-langkah hijrah untuk hari ini. Dua puluh langkah hijrah itu adalah :
1. Hijrah dari membicarakan persoalan khilafiyah dan persoalan yang bersifat parsial kepada permasalahan yang lebih penting dan bersifat universal.
2. Hijrah dari kesibukan mementingkan amalan ibadah sunat daripada amalan wajib kepada lebih mendahulukan ibadah dan perbuatan yang wajib daripada sunat.
3. Hijrah daripada membicarakan perselisihan antar kelompok kepada merancang hal-hal yang telah disepakati dan dilakukan bersama oleh semua kelompok.
4. Hijrah dari praktek ibadah yang dilakukan secara formalitas kepada pelaksanaan ibadah yang dilakukan dengan penuh penghayatan dan kesadaran diri.
5. Hijrah dari sikap terlalu meringankan masalah agama atau terlalu memberatkan pelaksanaan ibadah kepada melaksanakan ibadah dan agama dengan penuh kewajaran dan keseimbangan.
6. Hijrah dari sikap selalu mempersulit suatu persoalan dan keadaan dan menjauhkan diri dari masyarakat kepada sikap memudahkan persoalan dan selalu berusaha mengajak dan menggembirakan masyarakat.
7. Hijrah dari sikap pasip, statis ( jumud ), dan taklid buta merubah kepada sikap berani berijtihad, dan mengadakan langkah-langkah reformasi.
8. Hijrah dari budaya banyak bicara dan berdebat kepada budaya banyak kerja dan membuktikan karya serta dapat memberikan sesuatu pada pembangunan masyarakat.
9. Hijrah dari beramal secara emosional tanpa perhitungan kepada sikap berbuat dengan penuh persiapan, perencanaan, pertimbangan rasional dan dilakukan secara profesional.
10. Hijrah dari sikap fanatik terhadap pendapat sendiri dan memusuhi pendapat yang berlainan kepada sikap saling memahami dan toleran terhadap kelompok yang berbeda.
11. Hijrah dari menyampaikan dakwah islam secara agitatif dan emosional kepada metode penyampaian yang penuh dengan hikmah sehingga dapat menarik perhatian, dan memberikan kesadaran.
12. Hijrah dari beramal secara kwantitas kepada beramal secara kualitas terutama di bidang pendidikan, ekonomi, dan dakwah/pengkaderan.
13. Hijrah dari konsep-konsep dan teori idealis kepada menggarap dakwah bilhal, program kerja yang mungkin terlaksana dan jelas.
14. Hijrah dari sikap merasa lebih hebat atau lebih suci dari kelompok dan individu yang lain kepada hidup masyarakat, menghormati yang lain dan hijtah dari sikap mudah memfitnah atau menuduh kepada sikap memberikan solusi dan alternatif penyelesaian.
15. Hijrah dari sikap hanya membanggakan kejayaan masa lampau 9nostalgia dengan kejayan islam dim as alampau) kepada sikap memikirkan persoalan masa kini dan mempersiapkan generasi kadert yang siap menjawab tantangan masa depan.
16. Hijrah dari menyibukkan diri dalam politik praktis kepada sikap memperbanyak aktifitas dan pelayanan sosial dalam masyarakat.
17. Hijrah dari sikap membuat perselisihan, dan perpecahan, dengan membesar-besarkan titik perbedaan dan perselisihan antar kelompok kepada sikap mengadakan kerjasama dan menggalang potensi serta saling mendukung dan membantu demi terwujudnya kesuksesan dalam beramal.
18. Hijrah dari kurang memperhatikan kerja dan kehidupan dunia kepada sikap meningkatkan etos kerja mencari penghidupan dunia dengan motivasi ibadah dan tauhid.
19. Hijrah dari berpandangan sempit dan bersikap primordial kepada sikap berwawasan global dan universal, dan berpandangan luas.
20. Hijrah dari sikap bangga dan takabbur kepada diri sendiri kepada sikap selalu mengadakan evaluasi dan intropeksi.
Demikianlah beberapa langkah hijrah yang dapat dilakukan untuk kehidupan umat Islam pada hari ini, sehingga pergantian tahun merupakan transformasi kehidupan kepada yang lebih baik, dari sikap hidup yang negative kepada sikap hidup yang positip, sehingga pergantuan hari, pergantian bulan, pergantiuan tahun merupakan ujian keimanan sebagaimana dinyatakan dalam al Quran : “ Dan demikianlah Kami gantikan hari demi hari untuk melihat siapakah diantara kamu yang beriman dan siapakah diantara mereka itu yang dapat menjadi syuhada “ ( QS. Ali Imran : 140 ). Pergantian waktu ternyata sebuah ujian apakah kita dalam sikap iman atau kekukuran, jika telah lulus dalam keimanan, maka kita diuji lagi, apakah kita termasuk orang beriman yang menjadi syuhada, atau orang beriman yang biasa-biasa saja. Syuhada bukan hanya dalam kehidupan. Fa;tabiru Ya Ulil albab.
courtesy gontorians@yahoogroups.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar