“ Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan “(QS.Taubah:36)
Konon, perayaan Tahun Baru pertama kali dilakukan oleh bangsa Babylonia 4000 tahun lalu, yaitu pada tahun 2000 S.M (Sebelum Masehi). Bangsa ini merayakannya pada tanggal 23 Maret (menurut kalender kini). Bagi mereka tanggal itu adalah saat yang tepay untuk merayakan tahun baru, karena ini adalah saat mulainya musim semi dan lahan mulai ditanam. Kebanyakan orang di masa silam memulai tahun yang baru pada hari panen. Mereka melakukan kebiasaan-kebiasaan untuk meninggalkan masa lalu dan memurnikan dirinya untuk tahun yang baru. Orang Persia kuno mempersembahkan hadiah telur untuk hadiah Tahun Baru, sebagai lambang dari produktivitas. Orang Romawi kuno saling memberikan hadiah potongan dahan pohon. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Oleh sebab itu maka nama bulan Januari berasal dari nama dewa Janus yaitu dewa yang bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).
Pada mulanya kalender Romawi kuno menggunakan tanggal 1 Maret sebagai Hari Tahun Baru. Tetapi sejak pemerintahan Julius Caesar, mereka menggunakan tanggal 1 Januari sebagai awal tahun yang baru. Sebenarnya pada Abad Pertengahan, kebanyakan negara-negara Eropa menggunakan tanggal 25 Maret, sesuai dengan Kenaikan Isa AlMasih bagi umat kristiani, sebagai awal tahun yang baru. Baru sejak tahun 1600, kebanyakan negara-negara Barat telah menggunakan sistem penanggalan tahun yang dimulai dengan bulan januari dan diakhiri dengan bulan Desember dan disebut sebagai kalender Gregorian. Pada awalnya, kebanyakan orang memperingati tahun baru pada tanggal yang ditentukan oleh agama mereka. Tahun baru umat Yahudi, “ Rosh Hashanah “ , dirayakan pada bulan September atau awal Oktober. Sebagian kelompok lain di masa silam memulai tahun yang baru pada hari panen. Mereka melakukan sesuatu sebagai simbol untuk meninggalkan masa lalu dan memurnikan dirinya untuk tahun yang baru. Orang Persia kuno mempersembahkan hadiah telur untuk Tahun Baru, sebagai lambang dari produktivitas. Orang Romawi kuno saling memberikan hadiah potongan dahan pohon. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan.. Orang-orang Romawi mempersembahkan hadiah kepada kaisar. Pada tahun 1200-an pemimpin-pemimpin Inggris mengikuti kebiasaan Romawi yang mewajibkan rakyat mereka memberikan hadiah tahun baru. Para suami di Inggris memberi uang kepada para istri mereka untuk membeli bros sederhana (pin). Kebiasaan ini hilang pada tahun 1800-an, namun istilah “ pin money “, yang berarti sedikit uang jajan, tetap digunakan.
Banyak orang-orang di Amerika pada mulanya, merayakan tahun baru dengan menembakkan senapan ke udara dan berteriak-teriak sebagai ungkapan kesenangan, sementara kelompok yang lain mengikuti perayaan di gereja atau pesta terbuka. Oleh sebab itu maka sebenarnya tahun baru juga merupakan hari suci umat Kristiani, tetapi karena hal tersebut terus menerus berlangsung di masyarakat eropah, akhirnya tradisi tahun baru menjadi menjadi tradisi masyarakat sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional. Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang menerikkan "Selamat Tahun Baru" dan menyanyikan Auld Lang Syne. Budaya merayakan tahun baru dari Amerika inilah yang sekarang banyak diikuti oleh semua negara diu dunia, dengan bermacam-macam bentuk kegiatan seperti membuat panggung gembira, meniup terompet, dan perpesta pora, yang lebih terkesan bersikap hura-hura dan membazir, sehingga jika kita meneliti hari ini tidak ada negara yang tidak merayakan tahun bartu secara resmi sehingga kepala negara, kepala daerah semuanya seakan-akan wajib untuk merayakan dengan cara yang demikian.
Padahal sebagai muslim kita harus meneliti dahulu, apakah cara tersebut sesuatu dengan ajaran agama kita atau tidak. Dan jika kita ingin merayakan sesuatu seperti merayakan tahun baru bagaimanakah caranya yang lebih utama. Kita harus melihat bahwa pergantian tahun adalah sebuah ketentuan Allah, berarti pergantian tahun adalah nikmat yang harus disyukuri.. Kesyukuran atas nikmat boleh dilakukan, tetapi bukan dengan cara yang tidak berguna seperti hiburan yang berlebihan, tetapi harus dengan cara yang sesuai dengan perintah Tuhan. Dalam Al Quran pergantian hari, bulan , tahun adalah untuk melihat seberapa jauh amal ibadah kirta kepadaNya “ Dan demikianlah hari-hari kami gilirkan diantara kehidupan manusia dan supaya Allah dapat membedakan orang yang beriman dengan orang yang kafir dan semoga sebagian kamu dapat menjadi syuhada . Dan Allah tidak menyukai orang yang dzalim “ ( Surah Ali Imrahn : 140 ). Sebagai seorang muslim mari kita masuki tahun dengan cara bersyukur kepada Allah melalui melaksanakan ibadah ritual dan ibadah sosial dengan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat bukan hanya dengan hiburan yang sia-sia. Mengapa kita meniru-niru budaya tahun baru ala Amerika yang tidak sesuai dengan tuntunan ajaran agama kita.
Setiap datang bulan januari, hampir seluruh negara di dunia terkena demam tahun baru, sehingga setiap kampung, kota, negara, hotel, semuanya membuat acara khusus. Di malam tersebut semuanya sibuk dengan sikap tidak bermanfaat, penuh dengan hiburan, nyanyian, music, dan lain sebagainya, mlahan terkadang ada yang menjadikannya malam penuh maksiat, dengan mabuk-mabukan, narkoba, dan pesta seks. Sebagian lagi ada yang sibuk kesana kemari dengan kenderaan sambil tiup terompet sepanjang jalan. Ada lagi yang sejak maghrib sudah nongkrong di depan layar televisi untuk melihat segala bentuk acara yang disajikan oleh stasiun tivi semalam suntuk penuh dengan hiburan khusus dan lain sebagainya.
Tanpa sadar, karena sudah menjadi budaya, kita sebenarnya telah salah kaprah dalam menyambut tahun baru dengan berbagai bentuk acara tersebut. Mengapa demikian..? Sebab jika kita melihat bahwa acara tersebut adalah sebuah kesyukuran atas pergantian tahun, mengapa kita bersyukur dengan cara menghamburkan uang, membuang waktu kepada hal yang tidak produktif, dan sia-sia. Mengapa kita mengakhiri tahun dengan membuat pelayanan umum yang lebih berkhidmat kepada masyarakat, daripada menghabiskan uang untuk pangung gembira. Mengapa tidak pernah terdengar bahwa pergantian tahun ditandai dengan dibangunkan sekolah, gedung pertemuan, tempat permainan pendidikan, perpustakaan, rumah sakit, proyek irigasi, di setiap kampung, kecamatan, kota dan lain sebagainya. Coba kalau dipikirkan, biaya yang dipakai untuk acara hiburan yang sedemikian banyak jika dialihkan kepada proyek pembangunan masyarakat, sudah berapa banyak bangunan yang bermanfaat dihasilkan. Contoh misalnya, tahun baru tahun ini dicanangkan sebagai tahun perpustakaan dimana setiap kecamatan ada perpustakaan, dan masyarakat digalakkan untuk membaca dan menyumbang buku, dan media lainnya. Lucunya, setiap masyarakat menagih bagaimana pembangunan desa dan kampung, alasan yang dipakai tidak ada dana, padahal dana yang dibuang untuk proyek hiburan seperti ini milyaran rupiah. Mengapa kita mengikuti cara barat yang menghamburkan uang untuk hiburan, padahal keperluan hidup masyarakat belum kita perhatikan. Negara barat sudah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakatnya dengan fasilitas umum dan lain sebagainya, baru sekarang mereka menghibur masyarakatnya. Mengapa kita menghibur masyarakat terus menerus sedangkan segala keperluan asas mereka kita abaikan. Ironisnya lagi biasanya pemimpin masyarakat, berpidato di awal tahun baru dengan segala program, sedangkan pelaksanaannya tidak terlihat sama sekali. Oleh sebab itu mari kita gantikan budaya hiduran di tahun baru dengan budaya kerja produktif, melayani masyarakat secara terprogram dan bertahap, misalnya tahun ini kita jadikan tahun baru tahun membaca, dengan mendirikan ribuan perpustakaan di masyarakat dengan mengalihkan dana hiburan kepada pendirian perpustakaan. Tahun mendatang kita jadikan tahun kesehatan dengan mengalihkan dana hiburan tersebut untuk mendirikan klinik, dan kampanye kebersihan dalam rumah dan kampung.Demikian seterusnya setiap tahun mejadi tahun prestasi dan tahun amal jariyah..sebagai bukti kesyukuran kepada Tuhan degan meningkatkan ketaqwaan, iadah dan pengabdian kepada masyarakat dan kemanusiaan. Fa’tabiru Ya Ulil albab
courtesy : gontorians@yahoogroups.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar