Dua laki-laki terhormat itu ternyata bisa juga ditolak. Abu Bakar dan Umar Bin Khattab secara bergantian melamar Ummu Salamah, janda syahid Abu Salamah. Lamaran mereka ditolak sang janda. Sepertinya Abu Salamah tak tergantikan dalam hatinya. Tapi seketika ia terhenyak bingung ketika pelamar ketiga itu datang. Muhammad SAW, sang Nabi.
Aku tidak dapat menerima lamaranmu ya Rasulullah, jawab Ummu Salamah akhirnya. Tapi Rasulullah saw tidak mundur. Beliau berusaha mencari tahu alasan penolakan itu. Dan Ummu Salamah pun menjawab: Karena umurku sudah tua, aku juga punya banyak anak dan aku seorang perempuan pencemburu. Kemudian Rasulullah saw menjawab: Soal umur, aku toh lebih tua dari kamu. Soal anak, itu akan jadi tanggungan saya. Tapi soal cemburu, nanti aku berdoa kepada Allah agar Ia menghilangkannya dari hatimu.
Cemburu ternyata bukan perkara sederhana. Dua keberatan pertama Ummu Salamah selesai di tangan Rasulullah saw. Tapi masalah cemburu ternyata harus diangkat ke langit. Lewat doa-doa. Dan dari mulut seorang Rasul. Kecemburuan adalah riak-riak narsisme yang, seperti riak, selalu ada pada semua laut. Setiap jiwa punya jatah cemburu. Selalu ada. Selalu begitu. Ia lahir dari respon jiwa terhadap perlakuan orang lain kepada kita. Dan riak ini bisa menggelombang. Apalagi dalam sebuah tim kehidupan yang besar. Itu yang dikhawatirkan Ummu Salamah. Dan rasanya dikhawatirkan semua perempuan. Sebab pada akhirnya kita hanya manusia. Bukan malaikat.
Lalu dimanakah letak gagasan tentang ego transcendental itu? Ego transcendental. Mungkin itu terlalu muluk. Sebab sebenarnya ia merupakan puncak kematangan psikologis yang, walaupun mungkin dicapai oleh para pencinta sejati, tapi tetap saja merupakan puncak jiwa yang tidak mudah dijangkau. Sulit. Sulit sekali. Sampai pada batas dimana orang-orang mungkin percaya kalau itu tidak mungkin. Itu mengapa Rasulullah saw mengangkat urusan cemburu ini ke langit. Sebab ini bukan sekedar masalah menajemen komunikasi. Juga bukan sekedar masalah keadilan. Ini perkara visi. Ini urusan hati. Ini masalah pilihan hidup. Bahwa semua kebanggaan, kesenangan dan kebahagiaan muncul pada saat kita menuntaskan misi dan kerja memberi. Dan bahwa karena memberi itu harus dilakukan sebuah organisasi yang kita sebut keluarga, maka kita harus memilih organisasi yang paling memungkinkan kita memberi secara maksimal. Dan apa yang kita sebut sebagai keunikan pribadi yang melahirkan differensiasi personal dalam bentuk keinginan untuk diperlakukan secara unik, semua itu lebur dalam semangat memberi malalui tim kehidupan yang kita pilih. Mereka melampaui diri sendiri dan mulai bekerja pada domain orang lain. Mereka tidak mempertanyakan perlakuan orang lain kepada diri mereka. Mereka justru mempertanyakan perlakuan mereka sendiri kepada orang lain. Karena mereka sudah selesai dengan diri mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar