Oleh:
Dr. H. Shobahussurur, M.A.
Ketua Masjid Agung Al-Azhar Jakarta
“Maka disebabkan kasih sayang Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka., dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. Q. S. Ali Imran/3: 159.
Di bulan Pebruari 2011 ini, ada tiga hari besar agama. Tanggal 03 hari raya tahun baru Cina (Imlek) 2562. Dua hari yang berdekatan, masing-masing: Valentine's Day (Hari Valentine) tanggal 14, dan Hari kelahiran Muhammad Rasulullah SAW. tanggal 15 (12 Rabiul Awwal). Telah kita saksikan bagaimana gebyar tahun baru Imlek yang dirayakan oleh masyarakat Cina di Indonesia. Mereka merayakannya dengan saling mengucapkan selamat, gong xi pa chai, sesuai dengan keyakinannya.
Beberapa hari lagi masyarakat Kristen akan merayakan hari raya terbesar kedua setelah Hari Raya Natal. Hari Valentine dilambangkan sebagai hari kasih sayang. Berbagai macam kegiatan dilakukan oleh kaum Kristiani, mulai dari acara ritual di gereja, saling mengucapkan Happy Valentine’s Day (selamat hari Valentine), tukar menukar bunga mawar sebagai lambang cinta, pesta muda mudi untuk mempererat pasangannya, kesempatan memadu kasih dan mencari jodoh, hingga mengirim kartu ucapan selamat. Bagi mereka, tanggal 14 Februari itu adalah sebuah hari di mana mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya kepada kekasih idamannya. The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan) di Amerika Serikat memperkirakan bahwa di seluruh dunia lebih dari satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Asosiasi ini juga memperkirakan bahwa kaum perempuan menduduki peringkat tertinggi, sekitar lebih dari 85% dari semua kartu Valentine yang terkirim.
Di Indonesia yang mayoritas muslim, Hari Valentine juga dirayakan secara besar-besaran. Ironisnya, Hari Valentine itu tidak hanya dirayakan oleh orang-orang Kristen. Banyak anak muda-mudi muslim aktif merayakan Hari Raya Kristen itu. Berbagai tempat hiburan, hotel, testoran, cafe, club remaja, organisasi sosial, berlomba menawarkan program dan paket-paket menarik dalam rangka Hari Valentine. Di tempat-tempat itu, pasangan muda mudi berpesta pora bersama pacar, kekasih, dan sahabat-sahabatnya untuk saling mengucapkan rasa cinta dan kasih sayang. Berbagai hadiah diberikan; bunga, perhiasan, kartu dan lain-lain sebagai lambang cinta, karena hari itu dianggap sebagai hari kasih sayang.
Sayangnya, acara yang semestinya hanya dilakukan kaum Kristiani, karena memang itu adalah hari raya mereka, ternyata diikuti pula oleh orang-orang Islam tanpa menghiraukan lagi norma-norma dan aturan Islam.
Sejarah Valentine’s Day
Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk kepada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, yaitu: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), seorang martir di provinsi Romawi Africa. Sebenarnya tidak ada hubungannya antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis atau hari kasih sayang. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496 M, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini. Namun tanggal 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus yang dimaksud. Kerangka yang tersisa itu kemudian diletakkan ke dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah itu diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi ritual dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Bahwa kemudian Hari Valentine dihubungkan dengan cinta romantis adalah terjadi pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya seorang sastrawan Inggris yang cukup terkenal, Geoffrey Chaucer pada abad ke-14. Ia menulis pada cerita Parlement of Foules (Percakapan Burung-Burung) bahwa For this was sent on Saint Valentyne's day ("Untuk inilah dikirim pada hari Santo Valentinus"), When every foul cometh there to choose his mate ("Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya").
Itulah maka Valentine’s Day, dianggap berasal dari tiga kombinasi kepercayaan, yaitu: kepercayaan kepada Dewa Lupercus dengan Perayaan Lupercalia pada masa Romawi Kuno, kepercayaan terhadap Saint Valentine yang dianggap sebagai martir, dan kepercayaan orang Eropa bahwa burung-burung mencari pasangannya pada 14 Pebruari.
Perayaan Lupecalia yang dirayakan bangsa Romawi Kuno setiap 13-18 Pebruari. Tanggal 13-14 Pebruari, persembahan disampaikan untuk Juno Februata (Queen of Feverish love, Sang Dewi Cinta). Pada saat itu para pemuda mengumpulkan nama-nama gadis yang disenangi, lalu diundi dan yang keluar undian menjadi pasangannya untuk bersenang-senang. Pada tanggal 15 Pebruari merupakan hari raya Lupercalia, sebuah perayaan yang dipersembahkan kepada Lupercus, Sang Dewa Kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual pensucian, para pendeta Lupercus mempersembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jalan-jalan kota Roma, sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah. (The World Book Encyclopedia, vol. 20, 1993).
Tentang tokoh Santo Valentinus yang dijadikan simbol hari Kasih Sayang itu, banyak sumber menyatakan hanyalah berupa legenda-legenda yang sengaja diciptakan untuk memperbesar pengaruh hari raya ini pada zaman sekarang. Beberapa di antaranya adalah cerita tentang Santo Valentinus yang menulis sebuah pernyataan cinta yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu", pada sore hari sebelum dia terbunuh yang kemudian dianggap sebagai martir (pahlawan). Juga ceritera ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, Santo Valentinus secara rahasia justru membantu menikahkan mereka. Ceritera-ceritera seperti itu kemudian dianggap bahwa Santo Valentinus adalah tokoh kasih sayang yang menginginkan kedamaian dan cinta. Maka hari itu disebut sebagai hari kasih sayang.
Jangan Ikut-Ikutan
Dari sejarah Hari Valentine yang berlatar belakang kepercayaan kepada para dewa Romawi Kuno dan pemujaan kepada tokoh Valentinus yang misterius, menunjukkan bahwa memang Hari Valentine tidak ada hubungannya dengan Islam bahkan berbeda sama sekali dari kepercayaan Islam yang hanya menyembah kepada satu Tuhan, yaitu Allah. Bahkan tentang hari kasih sayang yang dipercayai itupun tidak mempunyai akar sejarah yang jelas tapi hanya berdasar pada legenda-legenda belaka.
Oleh karena itu tidak selayaknya umat Islam mengikuti upacara, ritual, dan ajaran agama lain. Allah berfirman: ”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pandangan, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabanya”. (Q.S. al-Isrâ’/17: 36). Kita dilarang untuk sembarang ikut, apalagi mengikuti hal-hal yang berkaitan dengan masalah aqidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Rasulullah bersabda: ”Barangsiapa yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut”. H.R. al-Tirmidzi.
Dalam fatwanya, Ibn Qayyim al-Jauziyyah berkata: ”Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan itu adalah haram. Seperti memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan ”selamat hari raya bagimu” dan sejenisnya”. (Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Ahkam Ahl al-Dzimmah, juz 1, hal. 441). Tentang Valentine’s Day, Seikh al-Utsaimin berkata: Merayakan hari Valentine bagi umat Islam tidak boleh, karena merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasarnya, serta menyibukkan hari untuk urusan rendahan seperti itu. Tidak halal merayakan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah atau yang lain. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang kehilangan pegangan dan ikut-ikutan”. (Khalil al-Juraisy, al-Fatâwâ al-Syar’iyyah Fî al-Masâil al-’Ashriyyah Min Fatâwâ Ulamâ’ al-Balad al-Harâm, hal. 1022).
Buya Hamka juga berpendapat agar umat Islam tidak ikut-ikutan dalam merayakan hari raya agama lain. Ikut merayakan hari raya mereka sama artinya dengan ikut merayakan dan bergembira dengan perayaan mereka. Biarkan saja mereka merayakan kegembiraan yang menjadi keyakinan mereka itu, kata Buya. Itulah maka beliau, dalam kedudukannya sebagai seorang Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia pada waktu itu, mengeluarkan Fatwa Haram, bagi umat Islam yang turut merayakan Natal Bersama. Begitu pula perayaan-perayaan dari agama lain, termasuk Hari Valentine.
Kasih Sayang Rasulullah SAW.
Di antara sifat Allah adalah al-Rahmân al-Rahîm (Yang Maha Pengasih Maha Penyayang). Setiap muslim tidak memulai suatu pekerjaan melainkan dengan membaca "Bismillâhirrahmânirrrahîm (Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Penyayang). Setiap kali membaca al-Quran, kita mulai dengan membaca Bismillâhirrahmânirrrahîm. Setiap kali memakai baju, kita memulai dengan membaca Bismillâhirrahmânirrrahîm. Bila kita akan makan, memulai dengan membaca Bismillâhirrahmânirrrahîm. Bila hendak keluar rumah, kita memulai dengan membaca Bismillâhirrahmânirrrahîm. Rasulullah bersabda: Setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan membaca bismillâh maka pekerjaan itu rusak".
Allah memberi sifat kepada Nabi-Nya dengan al-Rahmân dan al-Rahîm. Firman Allah: "Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman" (Q.S. al-Taubah/9: 128). Pada diri Rasulullah terdapat teladan utama dalam menebarkan kasih sayang. Kasih sayang Rasulullah ditunjukkan kepada umat, keluarga, saudara, sahabat, masyarakat, anak-anak, bahkan kepada alam semesta.
Rasulullah SAW sangat sayang kepada umatnya, peduli akan penderitaan, ingin menyelamatkan, dan penuh belas kasihan (Q.S. al-Taubah/9: 128). Beliau sangat prihatin dan penuh belas kasih terhadap orang-orang yang beriman. Dengan segala upaya,
beliau menyelamatkan mereka dari perangkap kemusyrikan, kekafiran, kefasikan, kemunafikan, dan kezaliman. Beliau berusaha melindungi mereka dari para musuh. Perbuatan beliau hanya dalam rangka kebaikan mereka. Mementingkan umat dari kepentingan pribadi. Hidupnya untuk kebahagiaan orang lain.
beliau menyelamatkan mereka dari perangkap kemusyrikan, kekafiran, kefasikan, kemunafikan, dan kezaliman. Beliau berusaha melindungi mereka dari para musuh. Perbuatan beliau hanya dalam rangka kebaikan mereka. Mementingkan umat dari kepentingan pribadi. Hidupnya untuk kebahagiaan orang lain.
Rasulullah SAW memberikan kasih sayangnya kepada keluarga, saying kepada para istri dan anak-anaknya. Rasulullah bersabda : “Yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan akulah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR Tirmidzi).
Di antara bentuk kasih sayang beliau terhadap putri-putrinya adalah sebagaimana yang dituturkan 'Aisyah r.a. ia berkata: "Pada suatu hari kami, para istri Rasulullah SAW, berada di sisi beliau. Lalu datanglah Fathimah kepada beliau dengan berjalan kaki. Gaya berjalannya sangat mirip dengan Rasulullah SAW. Ketika Rasululloh SAW melihatnya, beliau memberikan ucapan selamat untuknya, beliau berkata: "Selamat datang wahai putriku." Kemudian beliau tempatkan ia di sebelah kanan atau kiri beliau." (HR: Muslim). Beliau juga sering mengunjungi keluarga, dan menanyakan kabar dan problematika yang mereka hadapi.
Rasulullah SAW sangat sayang kepada anak-anak. Ketika beliau menjadi imam shalat berjamaah. Beliau sujud agak panjang. Para sahabat bertanya-tanya karena tidak seperti biasanya. Ketika selesai shalat, mereka bertanya tentang perkara tersebut. Nabi menjelaskan bahwa ketika dia sedang bersujud, tiba-tiba Hasan dan Husain cucunya naik ke atas punggungnya. Nabi tidak segera berdiri hingga cucunya turun sendiri, khawatir akan terjatuh.
Suatu ketika ada seorang ibu sedang menggendong anaknya. Tiba-tiba Rasulullah mendekati dan ingin memangkunya. Maka beralihlah si anak dari pangkuan ibu kepada pangkuan Rasulullah. Tak disangka-sangka si anak itu kencing hingga membasahi jubah Rasulullah. Melihat kejadian itu si ibu terus merenggut anaknya dari tangan Rasulullah. Sambil memarahi, si ibu tidak lupa memukul punggung anaknya. Rasulullah mencegahnya, tetapi si ibu tetap memaksa. Atas kejadian tersebut Rasulullah mengingatkan bahwa kotornya jubah boleh dicuci di rumah, tetapi kemarahan ibu tetap akan membekas dalam hati si anak hingga ia meningkat dewasa, dapatkan ibu membersihkannya?.
Dari ‘Aisyah ia berkata: “Suatu kali pernah dibawa sekumpulan anak kecil ke hadapan Rasulullah SAW., lalu beliau mendoakan mereka, pernah juga di bawa kepada beliau seorang anak, lantas anak itu kencing pada pakaian beliau. Beliau segera meminta air lalu memercikkannya pada pakaian itu tanpa mencucinya.” (HR: Al-Bukhari)
Rasulullah SAW senantiasa memberikan pengajaran, baik kepada orang dewasa maupun anak-anak. Abdullah bin Abbas menuturkan: “Suatu hari aku berada di belakang Nabi SAW, beliau bersabda: “Wahai anak, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: “Jagalah (perintah) Allah, pasti Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Alloh, pasti kamu selalu mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Alloh, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah.” (H.R: Al-Tirmidzi)
Bahkan Rasulullah menunjukkan kasih sayangnya dalam peperangan. Diriwayatkan oleh Ibnu Umar, dia berkata. “ Dalam sebuah peperangan yang diikuti Rasulullah, ditemukan seorang wanita terbunuh, maka Rasulullah melarang membunuh wanita dan anak-anak.” (HR Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW juga menunjukkan kasih sayangnya kepada binatang. Suatu hari, Aisyah, istri Rasulullah tercinta mencoba menaiki seekor keledai. Ternyata keledai itu susah dikendalikan. Ia lantas mencoba menariknya. Rasulullah, yang menyertainya berkata perlahan, “ Wahai Aisyah, bersikap lembutlah. Sesungguhnya, sikap lembut itu akan membuatnya menjadi indah. Dan tidaklah sikap lembut itu dicabut dari sesuatu, kecuali ia akan menjadi kasar dan buruk. “ (HR. Muslim).
Allah memberi sifat umat Muhammad SAW, sebagai umat yang Ruhamâ' Bainahum (saling kasih mengasihi antara mereka) Q.S. al-Fath/49: 29. Rasulullah Saw memberi sifat umat ini seperti dalam sabdanya: "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam cinta, kasih sayang, pertolongan mereka bagaikan satu tubuh. Bila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka anggota tubuh lain turut merasakan sakit". Umat ini bersemangat untuk saling sayang menyayangi dan kasih mengasihi di antara mereka. Tuhan mereka adalah Tuhan Yang Pengasih dan Penyayang. Nabi mereka adalah nabi yang penuh kasih sayang. Firman Allah: "Dan tidaklah Kami mengutus Engkau melainkan untuk membawa rahmah (kasih sayang) bagi seluruh alam" (Q.S. al-Anbiyâ'/21: 107). Umat ini adalah umat yang saling kasih mengasihi di antara mereka.
Semoga kita dapat meneladani kasih sayang Rasulullah SAW. Mari kita tunjukkan bahwa seorang muslim itu lembut, damai, penuh kasih sayang.
Islam memiliki ajaran tentang kasih sayang yang sangat luhur. Kita tidak usah mengikuti cara-cara yang dianut oleh agama lain. Islam mengajarkan kepada kita bagaimana tata cara dalam memberikan kasih sayang. Kasih sayang dalam Islam dilakukan tanpa mengenal waktu tertentu dan perayaan tertentu. Kasih sayang dalam Islam diatur dalam tata cara Syari’ah yang luhur. Islam mengatur bagaimana seseorang mencintai Allah dan Rasul-Nya, bagaimana pula mencintai dan menyayangi orangtua, istri dan anak-anaknya. Islam juga mengajarkan bagaimana seseorang mengasihi tetangga, sahabat, dan gurunya. Islam mengajarkan bagaimana seorang mengasihi orang yang berbeda keyakinan, anak yatim, fakir miskin, dan kaum mustadz’afîn (kaum lemah). Bahkan Islam mengajarkan kepada kita bagaimana kasih sayang seharusnya diberikan pula kepada binatang, tumbuh-tumbuhan dan makhluk Allah yang lain.
Jakarta, 08 Pebruari 2011
Penulis,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar